Rabu, 12 Juni 2013
Optimalisasi Kekuatan Otak Manusia
OPTIMALISASI OTAK MANUSIA
Charles Tebbets dalam buku ‘Miracle on Demand’ mengatakan ada Seven psychodynamic of a Symtom yaitu;
1) Self-Punishement (menghukum diri-sendiri). Misalnya seorang anak yang nilainya selalu rendah, karena dia kasihan dengan kakaknya (yang satu kelas dengannya) yang dimarahi karena nilainya kalah dengannya waktu lampau. Atau seorang wanita yang tidak mampu mengurangi berat badannya karena dihianati seorang laki-laki (karena mencintainya lantaran fisiknya semata). 2) Past experience (Pengalaman masa lalu (trauma). Takut matematika, kucing kecoa dan lain sebagainya seperti diatas.
2) Internal Conflict (Konflik Internal), misalnya sakit kelapa saat akhir pecan. Ini disebabkan karena keinginan kerja keras, untuk keluarga, dirinya tetapi merasa bersalah karena keinginan berkumpul keluarga, hari-hari libur, juga kewajibannya.
3) Unresolved present issue (Masalah yg belum terslesaikn). Symtomsy ini mengatakan, saya tidak suka dg apa yg anda lakukan. Misalnya; ‘Sari awan’, bibir pecah-pecah kalau kerja belum selesai atau terobsesi.
4) Secondaring gain (menginginkan keuntungan sekunder). Misalnya sakit kepala karena ingin diperhatikan oleh keluarga, suami. Seorang anak atau orang dewasa mengatakan dia terkenan gangguan X (sakit tertentu, atau merasa diserang orang lain secara ghaib atau makhluk halus), yang tujuannya adalah untuk menghindar dari kewajibannya. Misalnya seoarang suami yang gagal bekerja dengan baik untuk mencukupi keluarganya, seoarang anak 35 tahun belum bekerja, berkeluarga dan seterusnya. Ini semuan bertujuan untuk menghindar dan membuat lumrah kelakuaannya sekarang (dimaklumi atau malah dikasihani, diperhatikan).
5) Identification, ini terjadi pada contoh seoarang perempuan yang ingin berbadan kurus, padahal postur tubuhnya sudah ideal, ternyata wanita itu menginginkan dirinya seperti bintang film X.
6) Imprint. Ini terjadi kekeliruan-kekeliruan yang aneh, tidak masuk akal dan seterusnya yang menyebabkan perilaku ‘abnormal’. Dan penyebabnya adalah kepercayaan yg ditanamkn pada seseorang oleh seoarang ‘otoritas’ atau figur tertentu.
Sebagai kata penutub bagian ini, saya mengutib beberapa pakar; Sir William Osle berkata; Penyakit TBC lebih kearah pikiran pasien daripada apa yg ada diparu-parunya. Lousi Pastuer dan Claude Bernard berdebat sepanjang hidup. Mengenai mana yg lebih penting dari sebuah penyakit. Kekuatan Lahan-nya, ketahanan tubuh orangnya atau bibitnya, virus yang menyerangnya. Dan akhirnya Pasteur yakin lahanlah yang lebih penting (tanpa menafikan bibitnya). Tetapi sayangnya walaupun konsep ini diyakini tetapi kedokteran sekarang, juga psikologi lebih kearah penyakit (abnormalitas yang diperhatikan lebih dominan). Kita yang menangkap penyakit bukan penyakitnya yang datang. Sayang Dokter jarang balajar orang sehat. Dokter jarang merenungkan bahwa sikap terhadap pasien menentukn kwalitas layanan dan kwalitas hidupnya. Selama kita belajar (mahasiswa) baik itu kedokteran juga psikologi (psikologi dengan Martin Seligman, sudah mulai berubah), kita tidak disembuhkan, namun diharapkan untuk meyembuhkn. Kita tidak diajari jadi orang tua, tapi diharapkan dan harus jadi orang tua. Inilah masalahnya…..
Bagaimana dengan lembaga-lembaga pendidikan kita? Dimana disanalah anak-anak mulai dari pra-TK, TK, saat anak-anak mulai belajar emosinya; berbagi, bersosialisasi, belajar kejujuran, percaya diri, kepemimpinan, belajar bagaimana seharusnya belajar, berdisiplin, menghargai orang lain dan seterusnya.
Apakah guru-guru kita, lembaga pendidikan kita, pemerintah juga orang tua, sudah menghayati betapa pentingnya peng-kaya-an emosi anak-anak kita? Sudahkan para guru dibekali sedikit atau banyak ilmu-ilmu perilaku bahkan hubungannya dengan kesehatan? Karena kesalahan diawal, akan membuat kesulitan kedepannya.
Sumber : http://pendidikanpositif.wordpress.com
Peta Pikiran Bawah Sadar
Peta Pikiran Bawah Sadar
Ada beberapa teknik dan metode untuk memasukkan sesuatu Ke atau menjadi Pikiran Bawah Sadar (sCM) yaitu;
1) Repitisi / pengulangan
Sesuatu hal yang kita ulang-ulang akan masuk ke long-term memory (memory jangka panjang), dan dalam pengendapan selanjutnya masuk ke sCM. Contoh; Bersepeda, berenang, menulis, hitungan matematika sederhana, berjalan, makan, berpakaian dan seterusnya. Awalnya adalah belajar, berlatih, mengingat, tetapi akhirnya mengerti, faham, diulang-ulang menjadi semacam kemampuan ‘reflek’.
2) Identifikasi kelompok/keluarga (cara bicara, sholat, cara makan, pakaian).
Cara bagaimana kita makan, kesukaan kita, gaya bicara kita, ‘cengkok khas dalam bicara kita’ dlsb. Yang menarik ada suatu penelitian, bahwa banyak penyakit yang diidentifikasi sebagai keturunan (misalnya diabetes mellitus), walau ‘memang itu benar’, tetapi banyak pakar penyakit dalam dunia mengatakan; gaya makan kita, pola makan kita, bahkan apa yang kita suka dan tidak kita suka itu seringkali dipengaruhi oleh lingkungan kita (utamanya orang tua). Makanya jangan heran bila makanan yang paling kita suka adalah masakan ibu kita masing-masing, mengapa? Sebab itulah yang sejak kecil ‘diajarkan’, dikondisikan pada kita. Kalau orang tua suka manis cenderung masakan dan makanannya manis, kalau suka makan, maka kulkasnya pasti ‘penuh’ dan seterusnya, yang pada akhirnya berkecendrungan menurun kepada kita. sehingga karena pola makan dan lainnya itu ‘mirip’, maka penyakitnyapun berkecendrungan punya kemiripan. Bukan karena keturunan (genetic), tapi keturunan, kesamaan pola hidup dan kebiasaan hidup (utamanya makan).
Sehingga sekarang, riwayat penyakit keturunan, banyak dicoba ‘dimodifikasi’, menjadi pola lingkungan yang dominan berpengaruh secara sama. Ini bukan berarti menafikan penyakit keturunan sebagai tidak ada.
3) Ide yg disampiakan oleh otoritas.
Ini walaupun tidak selalu, tetapi kadang, apa yang disampaikan oleh guru, otoritas keagamaan, ajaran-keyakinan tertentu. Setelah masuk, tidak terpikirkan lagi, dan menjadi atau masuk ke sCM. Sulit sekali diubah apalagi dihilangkan, kecuali dengan diskusi, pemahaman atau pola tindakan lain. Tetapi butuh waktu yang tidak mudah.
4) Emosi yg intens (penglaman kecil atau yg traumatis).
Kita seringkali melihat seorang anak remaja, bahkan orang dewasa yang takut pada binatang tertentu. Misalnya Kucing, laba-laba, kecoa atau lainnya. Takut/fobia ketinggian, air (renang) dan lain sebagainya. Ketakutan ini bukan karena binatang itu berbahaya, tetapi karena pengalaman atau emosi yang sangat intent saat kecil. Kemudian pengalaman itu masuk ke sCM. Dan perlu kita ketahui bahwa, saat kecil RAS (Reticular Activating System), semacam saklar antara CM dan sCM sangat terbuka, sehingga memudahkan pengalaman-pengalaman itu masuk langsung ke sCM. Makin dewasa makin sulit, karena penyaringannya cukup intens.
Sekadar Contoh;
Kami punya pengalaman saat menterapi seorang anak, yang hampir semua pelajarannya bagus. Nilainya 7, 8 bahkan sebagiannya 9. Kecuali pelajaran Matematika, anak itu selalu mendapat 6 atau bahkan 5. Walaupun pelajaran Fisika dan Kimia anak yang sama itu selalu mendapatkan nilai 8 atau 9. Dalam kategori Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders(DSM-IV), kitab suci para psikiatri, yang menentukan criteria seorang itu abnormal atau tidak. Anak itu tidak bisa dimasukkan ke Diskalkulia (penyakit punya problema matematika secara psikiatry). Test formal IQ (Binet dan WAIS) normal. Setelah dilakukan observasi tertentu, maka diketahui bahwa anak itu punya masalah ini sejak kelas 4 SD. Dimana nilai matematika yang buruk itu awal mulanya muncul dikelas itu. Setelah diselidiki, ternyata si-anak punya pengalaman ‘sangat buruk’ terhadap seorang guru (matematika) saat dia di kelas 4 SD itu.
Saya sendiri juga punya pengalaman yang sama, takut sekali atau bahkan ‘fobia tingkat rendah’ terhadap laba-laba. Sehingga apabila ada laba-laba dirumah (saya sendiri heran, dulu saat saya kecil, banyak laba-laba dirumah-rumah, sekarang sepertinya jarang sekali itu terlihat, kecuali yang kecil-kecil), persisnya dibagian rumah tertentu, misalnya dikamar tidur atau dikamar mandi. Saya tidak berani memasuki tempat itu sama sekali, atau kalau terpaksa harus masuk, masuk dengan sangat hati-hati, cepat dan menghasilkan keringatan dan pacuan jantung yang cukup kencang. Setelah dewasa ini, dengan ‘Terapi Kognitif’, (saya lakukan sendiri, menggunakan teknik Aaron T. beck), mengajak dialog diri dan rasionalisasi mengapa, dan mengapa. Akhirnya ketakutan itu cukup menghilang. Bahkan terakhir semacam pembuktian, bahwa terapi yang saya lakukan sendiri itu sudah cukup. Saya mencari laba-laba yang biasanya menakutkan, dan memang tidak berbisa. Saya usahakan laba-laba itu menyentuh bagian tangan saya.
Banyak sekali emosi-emosi intent itu menggaggu saat dewasa, karena pengalaman-pengalaman yang salah saat kecil. Contoh-contohnya adalah; takut darah, takut bicara didepan kelas, takut kucing, takut naik pesawat, takut membaca mauled-nabi bersama-sama dan seterusnya.
Upaya-upaya Terapi:
Untuk anak-anak yang takut bicara didepan kelas, penulis punya pengalaman menarik dan ingin membagikan disini, karena ini penting buat pendidikan dikelas untuk guru-guru dan anak-anak. Saat mengajar career development (bahasa keren dari guru BK) untuk anak-anak kelas 3 SMA. Penulis memberikan ceramah-ceramah motivasi dan test-test kepribadian sederhana. Salah satunya adalah, penulis meminta kepada anak-anak saat itu baik IPA maupun IPS untuk menulis apa yang mereka inginkan tapi tidak mampu lakukan, atau yang mereka anggap kejelekan saat ini dan ingin mereka rubah. Mereka menulis 10 hal tentang itu. Tanpa nama atau identitas lainnya, sehingga mereka mau mengeluarkan apa problem mereka, tanpa malu-malu. Dan benar, hampir semua hal dikeluarkan. Misalnya; suka mengejek teman, suka berkata kotor, jarang sholat, tidak disukai teman, boros, bahkan ada yang kurang baik disampaikan disini dan lain sebagainya. Rencana penulis saat itu, akan mengkategorikan problem-problem yang sama, untuk data sekolah dan penulis sendiri akan mengambil dua atau tiga hal yang nantinya bisa langsung dipraktekkan untuk ‘diupayakan diselesaikan’ problem itu secara massal (terapi). Maka keluarlah salah satunya adalah ‘Tidak bisa bicara didepan kelas’, tetapi kalau berbincang-bincang 3 sampai 6 orang mereka tidak ada masalah.
Pertanyaan yang kami ajukan saat itu kepada mereka adalah, ini dilakukan setelah rapport (kepercayaan dan hubungan ‘sangat baik’) sudah didapat, mengapa kamu tidak bisa bicara didepan kelas? Jawabnya adalah malu, takut, ndak tahu pokonya ndak bisa. Kami sementara berkesimpulan dari beberapa literature, problem utamanya adalah takut salah, malu, takut ditertawakan orang dst semacam itu. Maka kami berkesimpulan bahwa rasa jaga image (jaim) harus dihancurkan ‘sedikit’. Ketakutan ditertawakan, malu melakukan hal-hal yang agak konyol walaupun didaerah yang ‘diperbolehkan’ harus dikurangi. Maka kami melakukan eksperimentasi dengan; memberikan pemahaman secara konseptual-teoritis (semacam dialog Psikologi-Kognitis, mengapa kamu takut, ini lho masalahnya, tidak ada alas an untuk takut, pentingnya mampu bicara didepan umum, begini, begitu dan seterusnya) lalu, setelah pemahaman dianggap cukup. Pertama, anak-anak disuruh mengurangi ke jaim-annya dengan; anak-anak disuruh untuk berteriak-teriak cukup keras bahkan sekeras-kerasnya (tanpa menganggu kelas lain, karena memang kelasnya tertutup), didepan kelas, didepan teman-temannya, secara bergantian. Sekitar 2-3 menit. Tidak ada materi apapun yang perlu diteriakkan, yang terpenting mereka mau dan bisa berteriak didepan teman-temannya. Dan betul dugaan kami bahwa sebagian dari mereka itu enggan disuruh teriak-teriak, kecuali setelah agak sedikit ‘dipaksa’, dengan ayo, ayo coba, ndak apa-apa kok dlsb. Kedua, anak-anak disuruh ‘berjoget’ apapun, ‘melakukan perbuatan konyol’ didepan umum, tanpa dikondisikan. Saat itu anak disuruh berjoget saat anak-anak turun dari masjid. Sehingga ‘tekanannya’ tidak terlalu tinggi buat mereka (anak-anak yang menjalani terapi), walaupun segi jumlah akan ada ratusan anak yang sedang lewat (ada yang memperhatikan ada yang tidak otomatis). Setelah terapi ini 6 kali, hampir semua anak dari 8 anak yang dilakukan terapi, berani dan punya kemajuan yang sangat berarti untuk berbicara didepan kelas.
5) Hipnotis/Kondisi Alfa
Orang-orang yang dihipnotis itu yang diajak komunikasi adalah sCM-nya.
Mekanisme dan Topografi Otak Sadar dan Tidak Sadar (Mekanisme kerja Syaraf Simpatis dan Parasimpatis)
Sistem Syaraf otonom kita, terdiri dari sistem Syaraf Simpatis dan Parasimpatis. Beberapa fungsi syaraf simpatis antara lain; Dilatasi (Pelabaran Pupil), Penghambatan Aliran Kelenjar Ludah (Saliva), Penghambatan Kelenjar Parotid,Sublingualis dan Submandibularis, Aselerasi ( Penambahan) Denyut jantung. Dilatasi Brongkus Pulmo (Paru-paru), Penghambatan Gerak Paristaltik dan Sekresi Asam lambung. Penghambatan Usus Halus, Kolon Proksimal dan Distal. Penghambatan Kanting Urine. Stimulasi Konversidari Glikogen Otot Sekresi Hormon Adrenalin dan Noradrinaliln. Relaksasi Ringan Pada Bola mata. Sekresi yg banyak pada Kelenjar Keringat, Meningkatkan Glukosa darah , Meningkatkan Metabolisme basal (Aktivitas mental meningkat), Ejakulasi pada penis dll.
Fungsi syaraf Parasimpatis, Kebalikan dari Syaraf Simpatis yaitu; Kontriksi (Penyempitan) Pupil mata, Stimulasi kelenjar Saliva, Perangsangan Kelenjar Paroid, Sublingulis dan Submandibularis. Perangsangan Gerak Paristaltik dan Sekresi asam lambung. Perangsanngan kolon bagian proksimal dan Distal Perangsangan Pangkreas. Pengurangan denyut jantung, Kontriksi Brongki, Stimulasi cairan empedu dan kantung Empedu. Kontriksi Kantung urine, dll.
Contoh kerjanya; Saat kita terperanjat terkejut, maka sismtem syaraf Simpatik bekerja dengan; pupil kita membuka lebar (berfungsi agar cahaya masuk lebih banyak, pemahaman akan sesuatu itu akan ‘lebih’ karena cahaya masuk lebih banyak, dan kalau terkejut itu hal yang menakutkan, maka informasi itu disampaikan keotak, dan otak memerintahkan saraf dan hormone tertentu, mengirim informasi itu kebagian jantung, jantung berdetak cepat, mengirim kebagian lain, hormone yang mengatur keluarnya keringat akan berkerja dst..dst. Apabila kejadian itu sudah selesai, maka Sistem Para simpatik bekerja, mengembalikan pupil mata menjadi normal, detak jantung kembali normal, demikian juga sekresi keringat dan lain-lainnya.
Penjelelasan sederhana Bagaimana Alam Bawah Sadar Diketahui
Bagimana alam-bawah sadar diketahui dan dipelajari? Ini sebenarnya menyangkut ilmu psikologi, khususnya psiko-analisis Sigmund Frued dan teman-temannya. Inti teori Frued adalah; manusia memiliki Id (dorongan dorongan instingtual), Ego (mencoba untuk melaksanakan dan melakukan sesuatu yang diinginkan oleh dorongan id) dan Super-Ego (idealism-idealisme, ajaran agama, guru, orang tua dan lain sebagainya). Manusia punya insting flight and fight (Lari dan lawan), ini dikarenakan otak reptile kita. Karena mekanisme flight and fight (Lari dan lawan) sudah kurang digunakan, atau tidak boleh digunakan pada zaman modern ini, tetapi kecemasan sangat banyak dan meningkat. Maka manusia butuh mekanisme baru dalam flight and fight (Lari dan lawan) berupa ‘pelarian’ atau mekanisme pertahanan diri lain dalam kondisi di alam-bawah sadar.
Contoh, seorang anak dipaksa kakaknya melakukan sesutau yang dia tidak suka, dalam permainan sehari-hari. Anak itu bisa melakukan mekanisme dasarnya (lawan atau lari, menolak atau berkelahi), tetapi berkelahi tidak mungkin disamping karena kalah besar (ego), atau karena tidak etis (super ego mengatakan, itu kakakmu, kurang ajar dengannya dosa dst..dst), maka konflik terjadi, dimana ada ketidaksukaan, kejengkelan, tetapi melawan tidak bisa. Untuk menyelesaikan masalah ini, ada mekanisme yang namanya represi. (Represi maksudnya adalah proses psikis yang tak sadar dimana suatu pikiran atau keinginan yang dianggap tidak pantas, disingkirkan dari kesadaran).
Tetapi dalam teori psikoanalisis mengatakan, pikiran atau keinginan tersebut dengan demikian tidak ditiadakan begitu saja, tetapi hanya dipindahkan ketaraf lain yaitu taraf tak sadar. Ini terkadang mengalami Khatarsis (pelepasan), saat malam hari, dimana anak itu mengigau, teriak-teriak, atau menangis atau lainnya.
Contoh lain, anak jengkel terhadap sekolahnya, gurunya atau lainnya. Tetapi jelas si-anak tidak mungkin melakukan lawan atau lari. Menolak keras dengan gurunya, lari tidak sekolah atau lainnya. Kejengkelan-kejengkelan itu harus diadakan mekanisme pelarian dalam bentuk represi dialam bawah sadar. Ini bisa mengalami pelepasan saat tidur, marah-marah saat pulang sekolah, tidak suka pelajaran itu, sampai terkena psikosomatis (penyakit fisik tetapi penyebabnya adalah masalah emosi-psikologis), misalnya anak sakit perut saat pagi. Keinginan alam bawah sadar menghindar sekolah, bisa yang lainnya). Dan sakit-sakit yang lain yang lebih parah. Penyakit kanker misalnya banyak terindikasi pada anak yang hubungan dengan orang-tuanya kurang baik (mekanisme penahanan kejengkelan itu salah satu penyebabnya).
Terkadang seseorang menderita karena emasionalnya yang selalu goyah dan tidak dapat dikuasai olehnya. Bisa juga seseorang selalu merasa amat kecil hati, sehingga semangatnya lumpuh, karena ia mengira tidak dapat melakukan sesuatu dengan baik, atau terkadang seseorang merasa malu dan terganggu bila berada ditengah-tengah kerumunan orang yang tidak dikenal (di pesta, pameran atau lainnya). Kadang seseorang mengalami kesulitan besar dalam menjalankan pekerjaannya atau mengambil keputusan penting tanpa mengetahui sebabnya. Pada suatu hari kadang seseorang bisa diserang rasa cemas yang hebat, sehingga dengan itu, sejak saat itu ia tidak sanggup lagi berjalan sendirian dijalan raya atau naik kendaraan umum, kecuali dengan sangat memaksakan diri. Bahkan terkadang orang tidak berani keluar rumahnya atau naik kendaraan umum sama-sekali. Ada juga orang yang setiap kali setelah makan ia harus memuntahkan makanan itu, sebuah gejala bila berlangsung lama bisa fatal (dalam istilah medis ini disebut, anarexia nervosa. Istri pengeran Inggris, Ledy Diana terkena penyakit ini). Penyakit ini bisa dikarenakan konflik batin antara keinginan makan banyak tetapi dorongan sebagai Ledy, istri pangeran harus kurus, indah dan seterusnya).
Bila kita ke-dokter dengan gangguan itu, maka dokter akan memeriksa organ mana yang bermasalah, yang berhubungan dengan gejala-gejala penyakit itu. Padahal kalau dilihat semua, orang itu normal dan sehat. Akhirnya mungkin sang-dokter menasehatkan beberapa pola makan atau hidup pasien, atau memberikan resep obat tertentu. Tetapi ‘secara umum’, cara itu akan tingkat keberhasilannya minim bahkan tidak berhasil sama sekali. Sebab penyakit itu adalah penyakit psikosomatis, artinya adalah probleminya psikogenis (sebab-sebabnya adalah psikis).
Kesalahan umum kita (terutama ‘awam’), kita pergi ke-dokter syaraf, atau ke para-normal, bukannya pergi ke Psikolog. Inilah salah satu kerja Psikolog dalam mengobati pasien-pasien seperti diatas (bisa dengan terapi psikoanalisis, terapi psiko-kognitif, bisa terapi Beharivioris atau R-E-B, Rational-Emotive-Behavior dari Albert Ellis, misalnya, dan lain sebagainya.
Bersambung ke empat…..
Otak Manusia Dahsyat Luar Biasa
Bagian kedua.......
Otak Manusia Dahsyat Luar Biasa……
Disamping fungsi otak sadar diatas, ada otak tak sadar, yang mempunyai kapasitas yang sangat banyak dan sangat-sangat penting untuk suksesnya performa seseorang.
Ada beberapa fungsi otak atau pikiran tak sadar yaitu;
1. Kebiasaan.
Kita saat kecil hampir semua hal kita pelajari, berjalan, memasukkan makanan kemulut, bersepeda, memakai baju, menalikan sepatu, menulis dan lain sebagainya. Tetapi lihatlah sekarang. Karena semua kemampuan itu sudah kita miliki, dan sangat-sangat lekat dengan kita, sudah menjadi ‘kebiasaan’. Maka kita ‘seakan’ tidak sadar, bahwa itu semua adalah ‘pengetahuan’ yang kita miliki dan awalnya kita pelajari sedikit demi sedikit.
Dan tidak hanya itu, style bagaimana kita menulis, bagaimana kita berjalan (ada yang agak berjinjit-jinjit, ada yang agak seksi, seperti ‘macan luwe’ kata orang jawa. Ada yang mungkin melebar dan sebagainya. Bagaimana gaya kita berbicara, ada yang agak cepat, ada yang sedikit melotot seperti bapak Habibie dan lain sebagainya. Itu semua awalnya dipelajari, tetapi karena sudah sangat lekat, akhirnya masuk kebagian alam bawah sadar atau pikiran bawah sadar. Kita sudah tidak menyadari lagi itu.
Coba kita bayangkan bagaimana saat kita belajar bersepeda saat kecil, belajar naik motor atau mobil. Awalnya seluruh bagian otak dan indra kita berjalan. Melihat atau berfikir tentang kaki, tangan, rem, porsneling, gigi dan sabagainya. Coba bayangkan sekarang ini. Sambil ngobrol, sambil SMS-an kita mampu mengendari kendaraan-kendaraan itu. Itu semua karena kita semua sudah memasukkan pengetahuan itu menjadi ‘milik-kita’, sangat lekat sehingga kita melakukannya tanpa ‘kesadaran’ lagi. Itu semua masuk dialam bawah sadar.
Bahkan konon katanya, kemampuan-kemampuan seperti itu tidak hilang saat manusia kehilangan kesadarannya (Gila). Banyak orang gila yang tetap bisa bersepeda, berenang atau lainnya.
2. Emosi (mengenai keadaan, terhadap-orang dll).
Ada ungkapan seperti ini, “Persepsi menentukan kita bertindak, dan tindakan yang diulang-ulang menjadikan itu kebiasaan kita. Kebiasaan yang diulang-ulang menjadi karakter kita.” inilah sebenarnya emosi kita yang tanpa kita sadari. Orang awalnya suka marah-marah, menjadi ‘pemarah’. Dia sudah kurang sadar atau malah tidak sadar akan kebiasaanya itu (walau awalnya kita pelajari pola perilaku itu saat kecil). Contoh lain; mudah tersinggung, curiga dan lain sebagainya.
Ada teori umum yang biasa kita dengar tentang karakter manusia yang dibagi menjadi; Sanguinish (‘cenderung’ selalu ceria, sulit mengatakan punya masalah, kurang peka dst), Melangkholish (‘cenderung’ pandai, pemurung, peka, jaga image, penampilan dst), Phlegmatis (‘cenderung’ datar, nerimo, mudah disuruh-suruh, tidak membahayakan bos dan seterusnya) dan Kholeris (‘cenderung memimpin, cemburuan, sulit mengalah dan seterusnya). Walaupun mungkin dalam kategori ilmu psikologi yang ketat, kategori kepribadian ini masih dianggap pseudo-sain. Test kepribadian Ini cukup popular, dan penting, serta sering digunakan dalam pelatihan untuk effective communication for success business. Sebab bila kita bisa tahu kecendrungan kita/orang tertentu seperti ini, kelemahan dan kelebihannya dia seperti ini, maka kita semestinya seperti ini. (Kami lampirkan test ini dibelakang dengan analisisnya).
3. Memori Jangka Panjang
Kemampuan kita membaca surat al fatheha, kemampuan matematika dasar kita, kemampuan-kemampuan ingatan-ingatan yang sudah hampir tidak akan hilang dari kita. Kemampuan-kemampuan itu sudah tidak kita sadari lagi, karena sangat lekatnya.
4. Kepribadian
Mirip dengan nomer 2, bisa kita tambahkan kepribadian-kepribadian umum seperti; orang yang cenderung extrovert, Introvert. Ada bermacam-macam pengetesan kepribadian ini, seperti misalnya yang cukup terkenal adalah; PERSONALITY TEST – MBTI (Jung-Myer-Briggs, MBTI Personality Test). Ada 4 hal yang dijelaskan disini yaitu;
a) Apakah manusia itu Ekstrovert Vs Introvert, berarti manusia itu terbuka, mudah bergaul atau tertutup, internal.
b) Ada juga yang Sensing atau iNtuition atau orang itu cenderung menyerap informasi, sensing (S) atau menangkap informasi, iNtuition (N).
c) Ada yang Thingking dan Feeling artinya, ada orang yang kecendrungannya mengevaluasi, thingkin (T), sehingga lama dalam mengambil keputusan, bahkan bisa terkesan ragu-ragu, ada yang mengambil keputusan hanya dengan feeling (F), cepat, tidak perlu melengkapi data secara lengkap atau cukup, dan setrusnya.
d) Ada yang dalam menjalani hidupnya itu Judging (J), Terencana dan menutup diri, atau spontan dan terbuka Perceiving, menilai atau mempersepsi (P).
Dalam hasil test itu, nantinya orang akan diketahui misalnya berkepribadian INTJ (Introvert, iNtuition, Thingkin dan Judgement). Test ini sangat terkenal, banyak digunakan dalam seleksi masuk pekerjaan atau kenaikan pangkat atau banyak yang lain. Test ini termasuk test yang cukup terkenal didunia.
5. Intuisi (mengetahui secara instingtif).
Sama dengan diatas masalah kepribadian-kepribadian yang instingtual.
6. Kreativitas
Kalau kita bertanya bagaimana orang-orang kreatif melakukan kreatifitasnya, misalnya mengarang lagu, melukis, menemukan sesuatu bagi ilmuwan dan pekerjaan-pekerjaan lain yang memerlukan kreatifitas tinggi. Maka itu semua diluar kesadaran mereka. Artinya bagaimana tahapan-tahapan mereka berfikir, tahapan sehingga bagaian-bagian ini yang difikirkan yang lain ditinggalkan dan seterusnya, itu keluar dari semacam intuisi ‘aha’. Walau pelukis, pemusik, ilmuwan awalnya mesti belajar lebih dahulu.
7. Persepsi kita (melihat dunia menurut kacamata kita).
Bagaimana kita mempersepsi sesuatu, bagaimana kita punya kecendrungan sesuatu, ketertarikan akan sesuatu. Itu semua bukan lagi keasadaran kita. contoh; beberapa orang pergi bersama kepegunungan. Maka setiap orang punya ketertarikan tersendiri terhadap pengunungan itu. Ana yang senang karena sepi, sejuk dan melihat alam luas. Ada yang mengagumi Tuhan karena dia berada dipegunungan (melihat sesuatu yang sangat luas, ada yang senang melihat tumbuh-tumbuhannya serta hewan-hewan disana atau bagian-bagian bebatuannya.
Demikian juga saat kita melihat kecelakaan apa yang kita lihat itu sebetulnya kecendrungan persepsi kita. contoh ada yang melihat bagaimana ceceran darahnya, bagian tengkorak kepala yang pecah. Ada yang senang melihat kerumunan masa yang berjubel tapi tidak ada yang menolong atau panggil polisi dan ambulan. Atau ada yang melihat fenomena lain, “sudah seperti itu, ada kecelakaan, ternyata ada orang-orang yang memanfaat situasi dalam kesempitan, yaitu mengamankan jam tangan atau dompet yang mengalami kecelakaan alias mencuri disana dan seterusnya. Itulah kecendrungan kita mempersepsi dan mengapa kita seperti itu, bukan yang lain? Sudah diluar kesadaran kita, tidak kita sadari lagi.
8. Believe dan Value (yg benar dan penting).
Ini menyangkut sesuatu yang bisa dikompromikan dan mana yang tidak bisa dikompromikan. Mana yang penting dan sangat-penting. Misalnya, ada manusia-manusia yang siap mengorbankan pekerjaan demi teman, atau sebaliknya. Ada yang siap mengorbankan teman, pekerjaan demi ‘kebenaran’, atau sebaliknya siap mengorbankan ‘kebenaran’ demi teman atau pekerjaan. Dan seterusnya.
Mengapa kita menjadi manusia yang seperti ini tidak seperti teman kita yang itu misalnya, sudah tidak kita sadari lagi, walau kita punya alasan, rasionalisasi-nya. Tapi dalam tiap-tiap tindakan, sangat sering kita hanya melakukan, tanpa kesadaran kita lagi.
Dalam salah satu bukunya, Milton Erickson, seorang pakar Pikiran Bawah Sadar, subconscious mind (sCM) mengatakan;
1. sCM terpisah dari CM, Pikiran sadar (conscious Mind =CM).
Contohnya saat kita tegang atau menangis sewaktu menonton TV. Kita sangat sering melihat Televisi atau Film dilayar kaca, dan kita karena terharu atau lainnya kita meneteskan air mata. Saat kita mengikuti sinetron atau telenovela, kita menangis atau jengkel setengah mati terhadap salah satu pemeran antagonis-nya (Misca misalnya dalam film Cinta Fitri yang terkenal saat itu). Pikiran sadar (conscious mind, CM) kita akan yakin bahwa film itu adalah ‘bohong’, bukan sesuatu yang sungguhan, sehingga tidak masuk akan rasional kita menangis atau jengkel. Sebab perilaku seperti itu adalah tuntutan scenario, dibuat dan seterusnya. Tetapi alur dan setting film, itu bukan berkomunikasi dengan CM kita, tetapi alur itu mampu mem by-pass CM kita dan berkomunikasi dengan sCM. Inilah yang akhirnya menginformasikan kebagian otak tertentu, dan dari sana memerintahkan bagian organ yang mengeluarkan air mata, atau yang meningkatkan denyut nadi kita (saat tegang).
2. sCM gudang penyimpanan informasi.
Banyak pengetahuan atau informasi yang kita miliki sekarang sudah tidak kita sadari lagi seperti, Kemampuan kita membaca, berjalan dan lain sebaginya sdh tdk kita sadari lagi, karena sudah masuk di sCM.
3. sCM adalah raksasa yang tertiur dan belum banyak diaktifkan, walau diperkirakan 88% dari kemampuan otak kita tersimpan di sCM.
4. sCM bersifat sangat sadar dan cerdas.
Saat kita bertemu orang, maka kita saling mengamati baik pikiran sadar kita maupun pikiran tidak sadar kita. Makanya jangan heran bila kita sering mengembangkan senang-tidak senang, suka-tidak suka, tanpa informasi yang jelas. Kalau ditanya mengapa? Jawabnya tidak tahu, tapi saya tidak sreg, tidak pas dengan dia. Ini mengenai nilai, boleh-tidak boleh, dan lain sebagainya.
5. sCM memberi mengamati dan memberi respon dengan jujur.
sCM tidak melakukan penyaringan-penyaringan atau bias, dalam pemberian makna dan penjelasan. Padahal ini cukup rumit dalam CM. Ini semacam ‘suara hati’, dorongan-dorongan ‘asli’ kita, tetapi sering kita tolak, kita ingkari karena bias dari otak kita. Makanya ada pelatihan bahwa, jawaban spontan awal kita itulah diri kita, bukan setelah kita mererung beberapa saat.
6. sCM sumber Emosi .
Kita seringkali seakan terkena pembajakan emosi, sehingga kita meledak-ledak secara mendadak tanpa kita inginkan dan tidak kita mengerti secara sadar. Ini seringkali berhubungan dengan kepribadian kita. Kalau kita tersentuh emosi-kepribadian kita, kita sering tidak sadar melakukan kemarahan yang spontan. Bahkan sangat marah-marah, dan saat selesai kita berfikir, mengapa aku melakukan hal itu tadi!
Ada beberapa teknik dan metode untuk memasukkan sesuatu Ke atau menjadi Pikiran Bawah Sadar (sCM) yaitu;
Bersambung ke bagian 3………
Si Otak Super Komputer
SI OTAK SUPER KOMPUTER
Manusia itu memiliki pikiran atau
otak dengan kapasitas yang sangat tinggi (lihat gambar perbandinngan otak dan
computer diatas). Dan apabila kita perhatikan bahwa kapasitas yang sangat besar
itu terdiri dari alam sadar dan alam tidak sadar atau dalam bahasa lain, ada
pikiran sadar (yang biasa kita lakukan sehari-hari) dan pikiran tidak sadar
(kesadaran-kesadaran yang tidak kita sadari). Kalau kita hubungkan dengan Otak
Tribune, kita bisa analogkan, walau itu akan terlihat menyederhanakan; Otak
sadar itu adalah bagian Neo-kortek, sedang ‘Otak tidak sadar’ itu adalah bagian
otak Reptile dan Sistem Limbik.
Menurut para ahli, 75% penyakit
fisik manusia disebabkan karena problema mental dan emosi. Ini sangat bisa
diterima, sebab mental dan emosi itulah yang menyebabkan pengaturan hormone,
detak jantung dan pembuluh darah lainnya dialirkan atau tidak dengan baik dan
bisa buruk. Seperti sudah diterangkan sebelumnya bagaimana otak reptile
memiliki fungsi tertentu, juga system limbic dan lainnya. Bila otak dibawahnya
tidak ‘puas’ atau ‘masih lapar’, maka jangan harap otak diatasnya akan mau
bekerja dengan baik. Semacam hirarkhi kebutuhan Maslow. Bila kita tegang, takut
(otak reptile berarti belum ‘puas’, belum kenyang, sehingga dia yang harus
bekerja sebagai prioritas), maka kita tidak akan bisa berfikir dengan baik. Ada
banyak bukti itu, baik secara psikologis maupun medis.
Goldstein (1982) mengumpulkan
pendapat pada dokter dan ilmuwan sejak abad 13 sampai abad 19 tentang pengaruh
humor terhadap kesehatan. Henri de Mondeville, mengatakan; tertawa dapat
digunakan untuk mempercepat penyembuhan setelah pembedahan. Abad 16 Jubert
menyatakan; tertawa menghasilkan kelebihan aliran darah yang membentuk air muka
yang tanpak sehat dan menimbulkan vitalitas pada wajah. Karena itu tertawa
dihubungkan dengan daya penyembuh yang sangat penting untuk kesehatan pasien,
(Juga pendapat Ricard Mulcaster dan lain sebagainya). Pada abad XX, Prof. Walsh
dari univ kedokteran Fordhem menulis buku “Lughther and Health” (1928) ia
mengatakan; “rumus terbaik bagi kesehatan individu diungkapkan secara
matematis: kesehatan bervariasi sesuai dengan jumlah tertawa …efek yang baik
pada pikiran ini mempengaruhi berbagai fungsi tubuh dan membuatnya lebih sehat
ketimbang hal-hal lainnya.”
Norman Cousins, yang terkenal
sebagai pendiri psikologi Neuroimunologi (sebuah cabang ilmu kedokteran yang
mempelajari pengaruh sejala-gejala mental terhadap system imunitas) dalam
“Anatomy of an Illness” (1979) mengatakan; peran humor sangat penting
dalam penyembuhan penyakit. Ia menemukan bahwa beberapa saat tertawa dapat
mengurangi tingkat sedimentasi, yang berarti mengurangi inflammasi. Tertawa
sama dengan internal jogging.
David McCleland dalam salah satu
penelitiannya tentang efek humor, menemukan kosentrasi immunoglobulin tipe A
(IgA) yang tinggi pada ludah orang-orang yang memiliki sense of humor
yang tinggi. IgA adalah zat antibody yang aktif melawan infeksi virus seperti
flu. IgA juga meningkat saat orang membayangkan hal-hal yang indah, mencintai
atau dicintai. Prof Lee S. Berk dari School of Medicine and Public Health di
Loma Linda univ California, meneliti dampak fisiologis dari tertawa dan perasaan
bahagia lain. Ia menemukan kebahagiaan memperbaiki system pernafasan, menambah
jumlah sel-sel imun, menurunkan kartisol dengan begitu mengurangi bahaya
stress, menaikkan endorphin (endogenous morfin), yaitu morfin yang dihasilkan
tubuh, dengan meningkatnya ini maka berguna untuk menghilangkan rasa sakit dan
mengubah tubuh menjadi tenang, tentram dan enak. Menambah IgA
Tetapi mesti diingat, menagis dan
tertawa tidak mesti menunjukkan emosi positi dan negative. Ada tertawa kecut
karena menahan emosi, ada mengangis karena bahagia, haru, terima kasih dll. Ini
disebut oleh Jonathan Haidt dengan sebutan elevation (= keharuan
batin). Emosi ini termasuk kelompok yang seringkali lolos dari perhatian
peneliti psikologi. Elevation mempunyai hampir semua ciri emosi
dasar. Ada kondisi yang melahirkan (tindakan keindahan moral), efek
fisiologisnya (seperti perasaan didalam dada yang mungkin melibatkan syaraf
vagus, yang memberikan perasaan hangat, terbuka, dan menyenangkan), dan
kecendrungan tindakan (keinginan untuk mejadi orang yang lebih baik untuk bisa
lebih penyayang atau mau menolong orang lain). Elevation memang hampir
sulit diungkapkan dalam air muka tertentu (mungkin karena inilah maka sulit
diteliti). Elevation mendorong orang untuk mendekati orang lain. Elevation
timbul karena melihat perhatian orang yang tulus kepada orang lainnya, inilah
emosi yang menyebabkan orang melakukan tindakan altruis.
Fredrickson mengatakan bukan hanya
elevation, tetapi semua emosi positif begitu. Ia mengembangkan teori Broaden
and Build (emosi positif memperluas, broaden, pikiran dan
tindakan serta membangun, build, sumberdaya personal, emosi negative
mempersempitnya).
Berbagai penelitian menunjukkan
bahwa orang yang bahagia berfikir fleksibel dan inklusif, kreatif dan reseptif.
Inilah makanya dalam rapat, dalam kelas harus diselingi dan diusahakan tidak
tegang. Ceria, bahagia. Learing must be fun. Ketika anda bahagia, anda
membangun sumber daya intelektual dengan berfikir lebih kreatif, toleran dengan
perbedaan, terbuka pad ide-ide baru, dan belajar lebih efektif (building
hypothesis). Ketika anda bahagia anda membangun dan mengembangkan daya fisik
anda dengan lebih sehat dan lebih kuat (undoing hypothesis).
Martin Seligman, mantan Presiden
Amirican Psychological Association mengatakan; “orang yang bahagia lebih
cenderung menolong, lebih empati dan bersedia menyumbang dll. Robert Browning
menyimpulkan; “Oh, make us happy and you make us good. ”Walhasil
kebahagiaan membuat orang berakhlak mulia. Inilah mengapa agama-agama mengajarkan
kita berbuat baik, karena dengan itu kita akan bahagia. “Serta berbuatlah
kebaikan supaya kamu berbahagia” (QS; 22:73) kata Al Qur’an.
Sayangnya emosi dan mental itu
jarang tersentuh dalam pendidikan. Dan seringkali emosi dan mental ini sakit.
Tetapi penyakit mental dan emosi ini sering tidak diketahui, kecuali kondisinya
parah. Kita lihat contoh-contoh disekolah dan kelas. Anak tidak mampu bicara
didepan kelas sama sekali, anak tidak percaya diri, sangat takut dengan guru,
mudah marah, berkelahi, guru otoriter, dst..dst. Ini adalah problem-problem
mental dan emosi yang sangat-sangat menghambat dalam proses belajar-mengajar
dan pendidikan di kelas.
Kita kata beberapa ahli memiliki
kapasitas bagian pikiran sadar hanya 12% dari total kapasitias otak kita. Sisanya
yang 88% adalah bagian pikiran tidak sadar. Artinya bahwa bagian tidak sadar,
yang sangat jarang disentuh disekolah, juga lembaga pendidikan lain, itu adalah
sesatu yang sangat besar. Sehingga mungkin bisa dibenarkan bila ada yang
mengatakan bahwa otak kita itu adalah raksasa yang tertidur.
Beberapa fungsi otak sadar adalah;
1)
Mengidentifikasi informasi yang masuk,
2)
Membanding-bandingkan informasi yang baru masuk dengan informasi lainnya,
3)
Menganalisa bagaimana itu, strukturnya, konteksnya dst..dst, lalu
4)
Memutuskan, member arti, makna dan lain sebagainya.
Empat fungsi itu adalah standart dan
banyak dipelajari dalam pendidikan. Bagaimana mestinya informasi itu
dimasukkan, disampaikan, bagaimana anak mengkontruk informasi itu dan lain
sebagainya.
Bersambung ke bagian 2........
Langganan:
Postingan (Atom)